Menu
navigation

Bunny Girl Diary Affiliates Tagboard Bloggie Clubs Gallery Credits

The Bunny Girl
webmistress

Guten Morgen!Guten Tag!Guten Abend!Ich bin Annisa K. Larasati. Meine Schüler in SHS 13 palembang , Indonesia.I'm a tsundere girl and my beloved friend called me "melon" -_-. Arrogant,friendly,shy its my character:D
Wanna be my friends?


Wishlist
being someone who can live in the heaven

My Prince
Lelouch Lamperouge chuu


Music
the melody

Carly Rae Jepsen

The Past
Recent Posts

Bahasa Indonesia dimata dunia
Ibadah buat wanita Haid
Nangis ngebatalin puasa?
Apa aja hal-hal yang ngebatalin puasa?
Pengertian dan Pahala Sholat Tarawih
SEGITIGA BERMUDA
Percakapan sehari-hari bahasa Jepang
makna dalam mimpi
5 ciri wanita idaman pria
XII IPA 4


Archives

Oktober 2011
Desember 2011
Januari 2012
Maret 2012
April 2012
Juni 2012
Juli 2012
Agustus 2012
Oktober 2012
Januari 2013
Juli 2013
Agustus 2013


Bismillahirohmanirrohim
Hello and Welcome to my blog,please enjoy my articles and don't forget to join this blog! :D
Arigatou! :D
Willkommen in Annisa Kirarai's Blog
Pendidikan Indonesia dimata Dunia
Rabu, 08 Agustus 2012 @ 8/08/2012

 Karena yang menulis buku ini adalah salah seorang profesor yang berada di luar Indonesia dan dari apa yang ditulis olehnya bahwa kata Asia yang ada dalam buku beliau dapat disubtitusikan menjadi Indonesia, karena Jepang, Korea dan Cina tidak seperti itu pola dan cara hidup rakyat/masyarakat disana. Oiya penulisnya adalah Prof. Ng Aik Kwang, tulisan ini ditorehkan olehnya pada tahun 2001 dalam buku yang berjudul “Why Asians Are Less Creative Than Westerners” atau jika di bahasa Indonesiakan menjadi : Mengapa bangsa Asia kalah kreatif dari bangsa Barat?

Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya “Why Asians Are Less Creative Than Westerners” (2001) yang dianggap kontroversial tapi ternyata menjadi best seller (www.idearesort.com/trainers) mengemukakan beberapa hal tentang bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang:
1. Bagi kebanyakan orang Asia, dalam budaya mereka, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain). Passion (rasa cinta thdp sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, lawyer, dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang utk memiliki kekayaan banyak.
2. Bagi orang Asia, banyaknya kekayaan yg dimiliki lebih dihargai daripada CARA memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai ceritera, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku koruptif pun ditolerir diterima sebagai sesuatu yang wajar.
3. Bagi orang Asia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis “kunci jawaban” bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT dll semua berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus2 Imu pasti dan ilmu hitung lainnya bukan diarahkan untuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus rumus tersebut.
4. Karena berbasis hafalan, murid2 di sekolah di Asia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi “Jack of all trades, but master of none” (tahu sedikit sedikit tentang banyak hal tapi tidak menguasai apapun).
5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dalam Olympiade Fisika, dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada orang Asia yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yg berbasis inovasi dan kreativitas.
6. Orang Asia takut salah (KIASI) dan takut kalah (KIASU). Akibat- nya sifat eksploratif sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang dihargai.
7. Bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah
8. Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir peserta mengerumuni guru / narasumber untuk minta penjelasan tambahan.
Di dalam bukunya Prof.Ng Aik Kwang menawarkan beberapa solusi sbb:
1. Hargai proses. Hargailah orang karrna pengabdiannya bukan karena kekayaannya.
2. Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang yang paling disukainya
3. Jangan jejali murid dengan banyak hafalan, apalagi matematika. Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban utk X x Y harus dihapalkan? Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar2 dikuasainya
4. Biarkan anak memilih profesi berdasarkan PASSION (rasa cinta) nya pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yg lebih cepat menghasilkan uang
5. Dasar kreativitas adalah rasa penasaran berani ambil resiko. AYO BERTANYA!
6. Guru adalah fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dengan bangga kalau KITA TIDAK TAHU!
7. Passion manusia adalah anugerah Tuhan..sebagai orang tua kita bertanggung-jawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya dan mensupportnya.
Jadi,kita sebagai anak bangsa,bagaimana menyikapinya? Semoga ini dapat merubah bangsa Indonesia yaa :D

0 Dropped Some Love